Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan mencatat, hingga Kamis (20/10)
sebanyak 1001 pasien dinyatakan positif menderita penyakit demam
berdarah.
Penderita penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes Aegepty di Kabupaten Grobogan tersebut naik dari tahun sebelumnya. “Secara
komulatif sampai Oktober ini tercatat 1001 kasus. Sedangkan tahun 2015
tercatat 970,” ungkap Slamet Widodo,kabid penanggulangan penyakit Dinas
Kesehatan Grobogan, Kamis (20/10).
Slamet menjelaskan, jumlah kenaikan angka kematian juga bertambah
yakni delapan kasus di tahun 2015 dan 11 kasus kematian di tahun 2016.
”Banyak faktor yang menjadi pemicu, salah satunya cuaca ekstrim,”
urainya.
Data di Dinas Kesehatan diungkapkan mayoritas pasien yang meninggal
akibat Demam berdarah merupakan anak. “Semua kecamatan di Grobogan
endemis demam berdarah. Selain faktor cuaca ekstrem, kasus DBD juga
didukung pola hidup masyarakat yang masih mengabaikan pentingnya pola
hidup bersih dan sehat (PHBS), termasuk dengan melaksanakan kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” tambahnya.
Padahal, langkah PSN menjadi penanganan yang paling evektif dalam
menyelesaikan kasus DBD dibanding dibandingkan dengan langkah pengasapan
atau fogging. Sebab pengasapan hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan
larva atau jentik nyamuk di dalam air tetap bertahan hidup. “Tidak hanya
menguras, menutup, mengubur akan tetapi juga mengawasi, media yang
dapat menjadi sarang berkembang biaknya nyamuk tersebut. Fogging
merupakan langkah akhir. Yang penting adalah kesadaran masyarakat dalam
menerapkan PHBS,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar